www.fasznews.com -
Surabaya, Fasznews.com - Di tengah hiruk pikuk kampanye politik, baliho-baliho capres dan caleg menjulang tinggi di sepanjang jalan-jalan, memenuhi sudut-sudut kota dengan pesan-pesan politik mereka. Namun, di balik pesan-pesan yang disampaikan, kita tidak boleh mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkannya pada lingkungan sekitar.
Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2023, masa kampanye Pemilu 2024 untuk pemilihan calon presiden dan calon legislatif dilaksanakan mulai 28 November 2023 hingga 10 Pebruari 2024, namun ketika ini berakhir, bagaimana nasib dari alat praga kampanye khususnya dari atribut seperti bendera, spanduk, baliho hingga stiker-stiker nantinya?
Pertama-tama, mari kita tinjau dari sudut pandang visual. Baliho-baliho besar yang dipasang di sepanjang jalan tidak hanya mengganggu pemandangan alam yang indah, tetapi juga bisa merusak estetika kota. Pemandangan yang seharusnya dihiasi oleh keindahan alam atau arsitektur kota, sekarang terhalangi oleh gambar-gambar wajah politisi dan slogan-slogan kampanye mereka.
Selain itu, produksi dan pemasangan baliho-baliho tersebut juga menyebabkan dampak lingkungan yang serius. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat baliho umumnya tidak ramah lingkungan. Plastik, vinil, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan baliho memiliki jejak karbon tinggi dan dapat mencemari tanah ketika dibuang setelah kampanye berakhir. Tidak hanya itu, proses produksi baliho juga dapat menghasilkan limbah berbahaya yang dapat merusak lingkungan lokal.
Selanjutnya, pemasangan baliho-baliho politik juga dapat menimbulkan masalah keamanan. Baliho-baliho yang dipasang di pinggir jalan dapat mengganggu pengemudi dengan mengurangi visibilitas mereka, meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. Selain itu, baliho-baliho yang tidak terpasang dengan aman juga dapat menjadi bahaya bagi pejalan kaki jika tiba-tiba roboh atau terbang saat terjadi cuaca buruk.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dari kampanye politik, terutama terkait dengan penggunaan baliho. Alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti kampanye digital atau penggunaan media cetak yang dapat didaur ulang harus dipertimbangkan untuk mengurangi jejak karbon dan pencemaran lingkungan. Dengan demikian, kita dapat menjaga keindahan alam dan kesehatan lingkungan sambil tetap menghormati proses demokrasi.
